Pertempuran pada tanggal 10 November 1945 di Surabaya menandai kegigihan masyarakat Surabaya untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah diproklamirkan pada 17 Agustus 1945. Ini merupakan perang pertama sejak proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Ultimatum Mayjen Mansergh setelah tewasnya Brigjen Mallaby pada tanggal 30 Oktober tidak membuat rakyat Surabaya ketakutan. Justru sebaliknya, mereka lebih memilih mati sebagai pejuang kemerdekaan dari pada hidup di bawah rongrongan bangsa asing. Masyarakat Surabaya tetap melawan sampai tetes darah terakhir. Pertempuran yang sangat sengit oleh Arek-Arek Suroboyo itu kini dikenal sebagai Hari Pahlawan. Meletusnya peperangan pada tanggal 10 November 1945 tidak terlepas dari Resolusi Jihad yang dikeluarkan oleh KH. Hasyim Asy’ari kepada tokoh pemuda Surabaya saat itu, yakni Bung Tomo. Bahkan, KH. Hasyim Asy’ari dan beberapa ulama’ lainnya menyeru kepada santri-santrinya untuk ikut andil dalam pertempuran di Surabaya yang dikomandoi langsung