Langsung ke konten utama

Profile

Achmad febrianto, lahir dan besar di perbatasan, sebuah Kabupaten sunyi Situbondo pada 07 Pebruari 1993. memulai pendidikanya di Tk Pg Asembagus dan melanjutkan Sekolah dasar SDN I Gudang Asembagaus yang berjarak 5 Km dari rumahnya, tak puas akan pendidikan yang didapatkanya lalu melanjutkan  ke sebuah pesantren besar di daerah Paiton Probolinggo, di sana dia melualai pendidikanya pada tahun 2005-sekarang dengan menyelesaikan pendidikan tingkat menengah pertama sampai sarjana dengan mendapatkan gelar sarjana pada tahun 2015 dengan gelas SE,Sy (sarjaa ekonomi syariah), 

Alhamdullah, syukur yang luar biasa tak terhingga pada Allah SWT, perjalanan pendidikan ini tak pupus sampai di sini setelah menyelesaikan  gelar S1 lalu pada tahun 2015, beberapa minggu kemudian jenjang pendidikan selanjutnya menunggu dan alhmdullah pada tahun 2015 bisa melanjutkan pendidikan S2 di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang pada jurusan yang sama Ekonomi syariah, 


semangat tinggi dengan harapan luas dan berkomitmen untuk menjadikan anak bangsa yang lebih petensial bukan hanya memperoleh ilmu akan tetapi juga mengaplikasikanya di salah satu pendidikan formal di pesntren tercintanya Pondok pesntern Nurul Jadid dan ini di mulai ketika masih kuliah di awal semester tiga pada tahun 2012 hingga sekarang, hutang budi yang begitu besar pada lembaga pendidikan ini membuatnya termotivasi untuk merubah gaya berfikir anak bangsa dalam menghadapi era yang akan datang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENDIDIKAN KHARAKTER KELUARGA

Perkembanagan pola hidup yang selalau berubah-ubah membuat turunya norma-norma budaya bangsa, telah terjadi sebuah pergeseran etika dalam berbangsa dan bernegara, Negara Indonesia dengan sejuta Budaya telah memberikan kita contoh besar arti sebuah perbedaan, karenan berbeda bukan berarti tidak sama akan tetapi tetap menjungjung tinggi   satu kesatuan, perbedaan dalam idiolgi bukan menjadi penghambat dalam bersikap. Keanekaragaman budaya telah lama diwariskan oleh nenek moyang kita, oleh karnanya mereka telah mewarisi kehidupan yang beradap dengan menjungjung tinggi norma-norma dalam bersikap meskipun budaya mereka berbeda dan ini juga berpengaruh kepada kehidupan keluarga mereka yang sangat menjaga teradisi saling menghormatai, contohnya kecil menghormati yang lebih tua dan sesama yang selalu menjadikan ciri khas warisan bangsa indonesia. Etika di sekitar kita telah mengalami sebuah pergeseran yang sangat siknifikan terutama perubahan ini sangat   jelas pada anak us...

cerita pagi ini

hai semua, selamat malam,,,,.. pagi tadi satu pelajaran indah telah aku sampaikan ke anak didiku, indahnya ini bukan ada kaitan dengan mata pelajaran yang aku ampu tapi suatu langkah awal mendidik generasi bangsa untuk cinta akan indahnya alam atau lingkungan kita, niatanku mengajak mereka tidak lain adalah untuk mengawali dalam melestarikan lingkungn dengan menerapkan pondasi akan cinta pada lingkungan dan sasaranya adalah anak remaja yang nantinya akan memimpin negeri ini.  mendidik generasi muda dengan hal yang positif adalah permulaan untuk memulai hidup lebih nyman di bumi ini, dengan adanya pembelajaran untuk menjawa lingkungan dan mendidik anak akan kecintaan pada tumbuhan itu adalah langkah awal para pendidik, agar nantinya output mereka bisa meminimalisir terjadinya kerusakan lingkungan, nah ini para sahabat blogger adalah cerita saya hari ini dalam melestarikan lingkungan dan selanjutnya saya tunggu bagaimna anda sekalian dalam mendidik generasi muda untuk cinta aka...

Ketika Guru Dijadikan Bermental Pegawai

Mental seseorang terbangun dari pekerjaan atau statusnya sehari-hari. Seorang petani akan bermental petani. Sehari-hari oleh karena pekerjaannya adalah mengurus tanaman yang harus serba menunggu, yaitu menunggu musim tanam, menyiangi, waktu memupuk, memanen, maka akan berbeda dengan profesi lain misalnya berdagang. Pekerjaan seorang pedagang penuh dengan kompetisi, yaitu mulai dari mencari dan memilih  dagangan, menjual, dan kemudian mencari dagangan lagi. Antara mental petani dan pedagang menjadi berbeda. Lain lagi adalah mental pegawai. Oleh karena pekerjaan mereka sehari-hari  harus menyesuaikan dengan petunjuk orang lain, ialah para atasannya, maka mereka akan selalu menunggu perintah. Hasil dari apa yang dikerjakan tidak dirasakan sebagai miliknya sendiri.  Mereka merasa hanya sebagai pekerja. Bagi mereka yang penting adalah sudah bekerja sesuai dengan SOP yang dibebankan. Prestasi mereka diukur dari target atau ukuran tertentu, dan biasanya hanya dilihat dari s...