Langsung ke konten utama

MENOLAK LGBT



Di zaman ini praktek hubungan sejenis (homo) tidak dapat dilepaskan dari gerakan feminisme dan kesetaraan gender di Barat. Kelompok yang paling keras memperjuangkan hal ini adalah feminis radikal libertarian dan radikal. 

Logikanya jika laki-laki berhak memperoleh kepuasan seksualnya sendiri tanpa memperdulikan kepuasan wanita, maka wanita pun berhak memperoleh kepuasan seksualnya tanpa laki-laki. Maka tak pelak lagi sejak 1970 Lesbianisme benar-benar muncul sebagai gerakan perempuan. 

Jika kondisi para wanita di Barat demikian, maka tidak aneh jika kemudian laki-laki merespon. Kira-kira para lelaki disana akan sesumbar:"jika para wanita telah dapat memperoleh kepuasan seks mereka sendiri, maka kami pun dapat mendapatkan kepuasan seks kami sendiri". Itu semua merupakan embrio dari praktek dan prilaku homo alias hubungan sejenis alias lesbi dan gay. 

Tapi argumen feminis tentang praktek homoseks ini membingungkan dan tidak normal. Para feminis sepakat bahwa gerakan mereka berdasarkan keyakinan bahwa gender ditentukan oleh konstruk social. Artinya seseorang itu menjadi laki-laki atau perempuan karena masyarakat menginginkan demikian. Mengapa laki-laki macho dan masculine sedang perempuan itu feminin adalah karena masyarakat. Itulah diantara alasannya mengapa gerakan femenisme dan kesetaraan gender mencoba merubah masyarakat agar memperlakukan laki-laki dan perempuan setara. 

Anehnya, ketika kini mereka membela kaum lesbi, gay, biseksual dan transgender, keyakinan mereka itu berubah. Seseorang menjadi homo itu adalah bawaan sejak lahir dan tidak dapat diubah. Misi yang mereka perjuangkan-pun berganti ya itu agar pelaku homo, biseksual dan transgender ini diterima oleh masyarakat. Mengapa harus minta diterima masyarakat jika mereka lahir karena konstruk social. 

Di kalangan psikolog di Amerika peru bahan yang terjadi lebih aneh lagi. Jika sebelum ini mereka sepakat bahwa perilaku homoseks dan lesbi itu dianggap ab normal, maka kini mereka sepakat bahwa perilaku itu diangap normal belaka. Tidak puas dianggap normal kini berkembang menjadi tuntutan agar mereka dibolehkan menikah dengan sesama jenis. 

Islam mengajarkan bahwa jenis kelamin laki-laki dan perempuan itu diciptakan demi kelestarian jenis manusia dengan segala martabat kemanusiaannya (QS. an- Nisa [4]: 1). Perilaku seks yang menyimpang seperti homoseksual, lesbianisme dan seks diluar pernikahan justru akan memusnahkan jenis makhluq manusia. 

Maka jika orang al-Qur'an difahami dengan akal yang cerdas maka LGBT tidak hanya menjijikkan, tapi bertentangan dengan naluri manusia normal, bahkan ada sebagian madyarakat menilai pelaku LGBT lebih parah dari hewan. Menikah seperti diatur dalam pasal 1 Undang – Undang No. 1 Tahun 1974 adalah "ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa". 

Jika ada yang masih berdalih "tidak ada larangan khusus dalam al-Qur'an", maka kita perlu faham mengapa Islam mengajarkan agar laki-laki diperlakukan seperti laki-laki dan perempuan seperti perempuan. Nabi saw. melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki (HR. al-Bukhari). Nabi saw. juga memerintahkan kaum muslim agar mengeluarkan kaum waria dari rumah-rumah mereka. Dalam riwayat Abu Daud di ceritakan bahwa Beliau saw. pernah memerintahkan para sahabat mengusir seorang waria dan mengasingkannya ke Baqi'. 

Dalam kasus kaum Nabi Luth Allah telah memperingatkan "Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk memuaskan nafsu syahwat kamu Dengan meninggalkan perempuan, bahkan kamu ini adalah kaum Yang melampaui batas". (Su rah Al-'Araf : 80 81). Adapun mengenai hukumnya Nabi pun bersabda: Barangsiapa yang mendapatinya melakukan amalan kaum Luth, maka bunuhlah pembuat dan yang kena buat"(Al-Mustad rak ' Ala Sahihain : 4/395 : hadis no : 8049). Sedangkan mereka yang melakukan amalan musahaqah (lesbian), hukuman y

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENDIDIKAN KHARAKTER KELUARGA

Perkembanagan pola hidup yang selalau berubah-ubah membuat turunya norma-norma budaya bangsa, telah terjadi sebuah pergeseran etika dalam berbangsa dan bernegara, Negara Indonesia dengan sejuta Budaya telah memberikan kita contoh besar arti sebuah perbedaan, karenan berbeda bukan berarti tidak sama akan tetapi tetap menjungjung tinggi   satu kesatuan, perbedaan dalam idiolgi bukan menjadi penghambat dalam bersikap. Keanekaragaman budaya telah lama diwariskan oleh nenek moyang kita, oleh karnanya mereka telah mewarisi kehidupan yang beradap dengan menjungjung tinggi norma-norma dalam bersikap meskipun budaya mereka berbeda dan ini juga berpengaruh kepada kehidupan keluarga mereka yang sangat menjaga teradisi saling menghormatai, contohnya kecil menghormati yang lebih tua dan sesama yang selalu menjadikan ciri khas warisan bangsa indonesia. Etika di sekitar kita telah mengalami sebuah pergeseran yang sangat siknifikan terutama perubahan ini sangat   jelas pada anak us...

cerita pagi ini

hai semua, selamat malam,,,,.. pagi tadi satu pelajaran indah telah aku sampaikan ke anak didiku, indahnya ini bukan ada kaitan dengan mata pelajaran yang aku ampu tapi suatu langkah awal mendidik generasi bangsa untuk cinta akan indahnya alam atau lingkungan kita, niatanku mengajak mereka tidak lain adalah untuk mengawali dalam melestarikan lingkungn dengan menerapkan pondasi akan cinta pada lingkungan dan sasaranya adalah anak remaja yang nantinya akan memimpin negeri ini.  mendidik generasi muda dengan hal yang positif adalah permulaan untuk memulai hidup lebih nyman di bumi ini, dengan adanya pembelajaran untuk menjawa lingkungan dan mendidik anak akan kecintaan pada tumbuhan itu adalah langkah awal para pendidik, agar nantinya output mereka bisa meminimalisir terjadinya kerusakan lingkungan, nah ini para sahabat blogger adalah cerita saya hari ini dalam melestarikan lingkungan dan selanjutnya saya tunggu bagaimna anda sekalian dalam mendidik generasi muda untuk cinta aka...

Ketika Guru Dijadikan Bermental Pegawai

Mental seseorang terbangun dari pekerjaan atau statusnya sehari-hari. Seorang petani akan bermental petani. Sehari-hari oleh karena pekerjaannya adalah mengurus tanaman yang harus serba menunggu, yaitu menunggu musim tanam, menyiangi, waktu memupuk, memanen, maka akan berbeda dengan profesi lain misalnya berdagang. Pekerjaan seorang pedagang penuh dengan kompetisi, yaitu mulai dari mencari dan memilih  dagangan, menjual, dan kemudian mencari dagangan lagi. Antara mental petani dan pedagang menjadi berbeda. Lain lagi adalah mental pegawai. Oleh karena pekerjaan mereka sehari-hari  harus menyesuaikan dengan petunjuk orang lain, ialah para atasannya, maka mereka akan selalu menunggu perintah. Hasil dari apa yang dikerjakan tidak dirasakan sebagai miliknya sendiri.  Mereka merasa hanya sebagai pekerja. Bagi mereka yang penting adalah sudah bekerja sesuai dengan SOP yang dibebankan. Prestasi mereka diukur dari target atau ukuran tertentu, dan biasanya hanya dilihat dari s...